
Telah banyak kita temui, ketahui, pahami dan alami. Bahwa
cinta itu sudah ada sejak kita duduk di sekolah dasar, terkadang ada pula yang
merasakannya sejak ia duduk di bangku TK/RA. Masa itulah kita mengenal cinta pertama, sampai-sampai ada kata-kata, “Mengapa cinta pada pandangan pertama sulit untuk dilupa?”
Pun hingga saat ini, cinta itu tetap ada pada diri setiap manusia, entah itu
anak SMP, SMA, hingga pada anak kuliahan juga
merasakannya. Begitu kira-kira yang pernah dialami oleh pemuda ataupun pemudi
yang menjalin asmara.
Setidaknya meski kita tidak pernah mengalaminya, cukup mendengarkan curahan hati teman, kakak atau adik kita, kala mereka lagi patah hati dengan teman chatting-an atau pacar online-nya.
Kalau anak remaja atau dewasa tatkala menjalin rasa degan lawan jenisnya, pasti
ia mengalami senang dan riang yang seakan-akan dunia ini hanya milik mereka berdua. Dan terkadang mereka lupa kalau
masih belum makan akibat dari saking khusyuknya ketika chatting-an, VN Voice Not-an, atau VC Video Call-an.
Di samping
itu, setiap sesuatu pasti tidak lepas dengan yang namanya susah dan gembira.
Apalagi dengan makhluk yang bernama cinta. Ketika kita memiliki kualitas cinta yang sandar, maka jangan salahkan kalau masih mengenal dengan problem
atau berbagai masalah. Namun, andai kata
mereka sudah naik level kepada cinta yang level up (tinggi), maka
hubungan asmara mereka akan selalu mengalami “Bahagia”.
Namun, kebanyakan yang terjadi di kalangan pemuda adalah
lebih banyak problemnya ketimbang dengan bahagianya. Tetapi, asalkan mereka mau
memegang 4 prinsip “siksa cinta”, bisa dipastikan 90% hubungan asmara mereka
akan berjalan dengan baik-baik saja. Pertama, mereka harus memiliki
sikap Disposability (Terbuka). Kedua, mereka juga harus memiliki sikap Receptivity (Menerima). Ketiga, mereka juga memerlukan
sikap Engagement (Keterlibatan atau kepedulian). Sedangkan yang terakhir adalah Fidelity (Setia/Siap
menaggung segala risiko susah dan senang).
Ketika 4 sikap “siksa cinta” ini menjadi bukanlah sebuah
beban bagi mereka, maka dari “siksa cinta” akan menjadi “berkah cinta”,
sedangkan buahnya ialah bahagia dunia hingga akhirat. Dan apabila kita sudah
terbiasa menjalani cinta, lambat laun di sekeliling kita akan terbawa oleh
cinta itu sendiri. Semoga kita bisa mengenal dan bercumbu rayu dengan “Pemilik
Cinta Sejati”.
*Demisioner LPMI