
“Syarthul
Murafaqoh al Muwafaqoh”, syarat pertemanan adalah kebersamaan, Kebersamaan
merupakan aktivitas ringan yang mudah dilakukan oleh banyak orang dan sering dilakukan
di mana saja dan kapan saja, Kebersamaan seperti ekstrakurikuler tambahan yang paling
banyak diminati, malah jika diibaratkan, kebersamaan seperti musik yang tidak
pernah bosan untuk selalu diputar dari playlist-nya lagi, lagi dan lagi,
selalu menjadi yang favorit.
Banyak Hal-hal
yang menyenangkan saat kita sedang berkumpul bersama, banyak sekali, tidak
terlalu merepotkan, tidak terlalu banyak Menghabiskan isi dompet saat berkumpul
bersama seperti di acara reunian, bukber, halal bi halal, Malahan kita
yang ditraktir, dan kita akan banyak dapat cerita seru dan pengalaman keren di
kehidupan kita masing-masing.
Dari sinilah
banyak rangkaian kata-kata tentang kebersamaan bermunculan dari sudut pandangnya
masing-masing, semisal, “Kebersamaan itu kayak nasi, rame-rame ngasih manfaat, coba
bayangin, Jika yang dihidangin di atas piring hanya satu butir, mana kenyang perut,
iya kan?” Atau, “Kebersamaan itu ibarat tangan dan mata, ketika mata menangis, maka
tangan akan mengusapnya.” Dan sebagainya.
Tetapi, tidak semuanya
kebersamaan berjalan mulus dan selalu bahagia, pasti kita pernah merasakan
hanya Sebatas diambil keuntungannya, ada pas waktu traktiran, hilang pas lagi “dompet
Kerreng”, Tipe yang satu ini memanglah sangat meresahkan, hanya ada waktu pas
lagi butuh saja, terus kalau kebutuhannya sudah tercapai, dia akan menghilang
dan akan datang lagi kalau ada butuh, seperti itulah seterusnya.
Ya, kadang-kadang kita
berantem sama teman, cuma gara-gara masalah sepele, yang dibesar-besarkan, kadang
kita juga merasa sebal pada mereka yang rada-rada hobinya nge-ghibah.
Terkadang ya,
tidak sedikit kebersamaan yang berakhir dengan permusuhan, karena kesalahpahaman,
jika saja kita lebih memilih mengalah daripada mengedepankan ego, bisa saja iya
kan, di selesaikan dengan baik-baik, bukan dengan bertengkar. Kan mengalah
bukan berarti kalah, mengalah bukan berarti lari dari masalah, tetapi mengalah
karena sudah dewasa, bukan lagi “bocil” tahap Baligh yang kalah main game,
bisanya hanya marah-marah, Setidaknya, jika pun tidak lagi bareng, Ingat-ingat hal
baik yang pernah mereka lakukan untuk kita.
Tetapi tidak selamanya
lita bersama terus-menerus, sama-sama pahamlah, bahwa setiap manusia mempunyai
dunianya masing-masing, Ya, tidak terkecuali orang yang sering bareng kita, berpisah
sebentar lantas pada waktu yang tepat, ketemu lagi, ngumpul lagi.
Boleh jadi apa
yang terjadi pada Piala Euro 2020 kali ini, adalah pembelajaran kepada kita
bahwa kebersamaan bisa membuat kita tetap selalu optimis, melewati jalan yang sulit,
bahwa dengan kebersamaanlah lahir kesolidan yang membuat impian di mana dahulunya
hanya sekedar angan-angan belaka, bisa menjadi kenyataan dengan bersama-sama,
dan banyak lagi manfaatnya.
*Reporter LPMI