Selamat Datang di Website

Lembaga Pers Mahasiswa Ibrahimy

Universitas Ibrahimy
Selamat Datang di Website

Lembaga Pers Mahasiswa Ibrahimy

Universitas Ibrahimy
Selamat Datang di Website

Lembaga Pers Mahasiswa Ibrahimy

Universitas Ibrahimy
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo

Follow and Call Us

Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo

Follow and Call Us

Kartini Sang Pelopor Emansipasi Wanita
Pemikiran Ibu Kartini tentang emansipasi wanita terus berkembang hingga era modern saat ini.
Badrus Sholeh (Redaktur)
Oleh :
Badrus Apons*

Perkenalkan, namanya Raden Ajeng Kartini Djojo, lebih akrab disebut Ibu Kartini, lahir di Jepara Jawa Tengah pada 21 April 1879, anak dari seorang bangsawan bernama R.M. Sosroningrat, seorang Bupati Jepara. Ibunya bernama M.A Ngasirah, anak seorang ulama dan guru besar di Telukawur, Kota Jepara.

Sejak kecil jiwa pendidikan terbentuk dalam dirinya. ia sangat tekun dalam mempelajari berbagai bidang ilmu, termasuk mendalami bahasa Belanda, bahkan ia mampu menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere Achool) selama 12 tahun. Sebuah perjalanan hidup yang sangat jarang ditempuh oleh penduduk pribumi ketika itu. Buku-buku berbahasa Belanda pun ia lahap, bukan hanya buku, tetapi majalah harian hingga berita harian ia lahap habis-habis. Salah satu buku yang pernah ia baca berjudul Max Havelaar karya Multatuli. Buku ini berisi tentang kritikan kesewenang-wenangan pemerintah Belanda saat menjajah Indonesia.

Pada tahun 1903, Ibu Kartini dinikahkan dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati dan bangsawan di Rembang. Suaminya paham bahwa istrinya (Kartini) memiliki keinginan kuat untuk mendirikan sekolah, sehingga ia diberikan kebebasan dan dukungan penuh oleh sang suami untuk mendirikan sekolah wanita pertama di kawasan pribumi. Sekolah tersebut bersebelahan dengan kantor pemerintahan Rembang, sekarang dikenal sebagai Gedung Pramuka.

Berkat usaha dan perjuangan kerasnya, Kartini berhasil menjadi pejuang emansipasi wanita di Indonesia. Ia berhasil membuktikan bahwa wanita pribumi juga berperan penting dalam memajukan bangsa Indonesia, terutama dalam hal pendidikan. Pemikiran Ibu Kartini tentang emansipasi wanita terus berkembang hingga era modern saat ini, bahkan pemikiran tersebut berhasil melahirkan wanita-wanita berpengaruh di negeri ini.

Sebagai sosok pejuang, Ibu Kartini juga aktif dalam bidang literasi. Ia juga pernah menyampaikan harapannya kepada perempuan generasi berikutnya melalui surat yang ia tulis saat 25 Mei 1899, “Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang ‘gadis modern’, yang berani, mandiri, dan menarik hati saya sepenuhnya. Yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang, dan gembira, penuh semangat dan keceriaan. Gadis yang selalu bekerja bukan hanya untuk kebahagiaan dirinya saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan sesama manusia.”

Nah, untuk kalian pecinta Ibu Kartini, sudah seharusnya pesan tersebut ditanamkan baik-baik dalam dada demi membahagiakan bangsa Indonesia, agar jiwa-jiwa Kartini muda kembali tumbuh di negara kita. Siapa lagi kalu bukan kita yang mau melanjutkan perjuangannya, masak mau dikasih ke penjajah, enggak kan.

*Redaktur LPMI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan
Menu
Pers Ibrahimy